United Nations Environment Program (UNEP) melaporkan bahwa kerugian yang ditimbulkan dari pembuangan sampah plastik ke laut mencapai USD13 miliar atau sekitar Rp180 triliun per tahun.
Sampah-sampah plastik yang terapung di laut hanya sekitar 5 % dari total sampah, konon 95% berada di dasar laut. Hal ini dapat membahayakan ekosistem di laut. Dan berdasarkan berbagai sumber, berikut adalah 5 negara penghasil sampah terbanyak di dunia.
- China, sekitar 11,5 juta ton setiap tahunnya, dengan 78% (8,8 juta ton) berakhir di lautan lepas.
- Indonesia, setiap tahun Indonesia memproduksi 3,2 juta ton sampah plastik yang sebagian besarnya berakhir di laut.
- Vietnam, setiap tahunnya Vietnam menghasilkan 1,8 juta ton sampah plastik yang bermuara di lautan lepas.
- Filipina, dengan produksi 2,2 juta ton sampah plastik per tahunnya.
- Sri Lanka, dengan total produksi sampah per tahunnya mencapai 1,8 juta ton.
Salah satu faktor penyebabnya adalah karena sistem daur ulang sampah plastik belum berjalan baik, selain itu juga kesadaran masyarakat masih kurang untuk tidak membuang sampah sembarangan, serta banyak yang belum peduli dengan bahayanya sampah plastik dan penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Dan hari Minggu lalu, tanggal 21 Februari 2021 bertepatan dengan hari yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu tepatnya adalah Hari Peduli Sampah Nasional. Tanggal ini dipilih sekaligus untuk memperingati kejadian pada tahun 2005 lalu saat terjadinya tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat.
Diharapkan dengan hari peringatan ini dapat menjadi pemicu bagi seluruh rakyat Indonesia agar peduli terhadap lingkungan, bersih dari sampah, dan tidak lagi membuang sampah sembarangan.
Diluar sampah di laut, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2016, jumlah sampah rumah tangga sangat tinggi mencapai 42%, disusul oleh sampah pasar tradisional 20,11%.
Hal ini menjadi perhatian beberapa orang yang tergabung dalam komunitas untuk tergerak dan terlibat lebih aktif mengampanyekan program sayangi bumi, sehingga semua mahluk hidup yang ada di dalamnya bakal hidup nyaman dan aman.
Salah satu komunitas peduli lingkungan adalah Komunitas Sobung Sarka (Tidak Ada Sampah atau Zero Waste) untuk meminimalisir keberadaan sampah rumah tangga di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Komunitas Sobung Sarka berdiri di akhir tahun 2018 dan memfokuskan diri dibidang lingkungan. Sobung Sarka aktif melakukan kampanye untuk menggunakan Tumbler atau botol plastik untuk mengurangi tumpukan sampah air minum dalam kemasan (AMDK).
Selain itu Sobung Sarka juga mengajarkan kepada masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri, seperti pembuatan kompos dari sampah rumah tangga, Ecoenzym atau pupuk cair. Bulan November 2019 sampai Maret 2020, Sobung Sarka menghimpun sikat gigi bekas dari masyarakat untuk dikirim ke Jakarta dan diolah menjadi bahan dasar meja lipat.
Dan saat hari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2021, Sobung Sarka mengadakan pameran daur ulang sampah (upcycle) sampah. Sampah yang didaur ulang itu antara lain sampah plastik, dan pakaian. Sampah plastik dan pakaian itu didaur ulang menjadi sejumlah barang, seperti tas, keset, tatakan, pita rambut, juga bean-bag.
Tujuannya adalah agar tidak banyak sampah yang terbuang ke TPS, dan sekaligus sebagai upaya gerakan meminimalkan sampah.
Mari lebih peduli pada lingkungan.
Taufan Yanuar (23.02.2021)